retroconference.org – Film Don’t Look Up: Krisis Ekstrem dengan Humor Gelap Satir. Tahun 2021 memperkenalkan sebuah film yang bikin penonton terhentak: Don’t Look Up. Tidak hanya karena tema yang mengangkat isu serius, tetapi juga karena cara uniknya dalam menyajikan masalah besar lewat humor satir. Di tengah dunia yang semakin terancam oleh berbagai masalah besar baik itu krisis iklim, pandemi. Bahkan ancaman kosmik film ini mengajukan pertanyaan besar: Apa yang terjadi ketika kita memilih untuk tidak melihat masalah yang ada.
Konflik Global dalam Dunia yang Tidak Siap Menghadapinya
Di Don’t Look Up, kita di ajak untuk menyaksikan dua ilmuwan yang mencoba memperingatkan dunia tentang sebuah asteroid yang sedang menuju Bumi. Alih-alih mendapatkan perhatian serius, mereka malah di cemooh dan di abaikan oleh masyarakat, media, dan bahkan pemerintah. Ketika krisis besar datang, respons manusia justru jauh dari yang di harapkan.
Film ini menggambarkan bagaimana manusia sering kali tidak siap menghadapi kenyataan pahit, meski fakta-fakta sudah jelas di depan mata. Dalam dunia yang terlalu sibuk dengan masalah-masalah yang lebih sepele seperti influencer media sosial, persaingan politik, dan teori konspirasi krisis besar sering kali di anggap sebagai sesuatu yang jauh, atau bahkan tidak nyata. Melalui humor satir, Don’t Look Up menyoroti ketidakpedulian yang ada di tengah ancaman yang begitu besar.
Salah satu kekuatan film ini adalah bagaimana ia mengubah sesuatu yang sangat serius. Seperti ancaman asteroid, menjadi bahan lelucon yang memancing tawa sekaligus merenung. Film ini mengundang kita untuk berpikir, Apakah kita benar-benar peduli dengan apa yang sedang terjadi di dunia, atau kita lebih sibuk dengan hal-hal yang tidak penting.
Satir sebagai Senjata: Humor Gelap yang Menggugah
Banyak yang menganggap Don’t Look Up sebagai komedi satir, dan memang film ini layak mendapat label tersebut. Dengan menggunakan humor gelap, film ini mampu menyingkap sisi-sisi buruk dari masyarakat kita tanpa harus menyampaikan pesan moral yang berat. Bagaimana caranya? Ya, dengan menghadapkannya langsung pada wajah kita. Semua kejenakaan ini membuat penonton tidak hanya tertawa, tetapi juga merasa canggung dan tidak nyaman dengan kenyataan yang ada.
Salah satu elemen humor yang paling mencolok adalah cara film ini menggambarkan bagaimana media mainstream merespons ancaman besar. Alih-alih memfokuskan perhatian pada kenyataan yang ada, mereka malah lebih peduli dengan rating dan sensasi. Karakter Jonah Hill yang memerankan asisten presiden dengan kejenakaan khasnya, membuat kita tertawa, namun juga merasa kesal dengan realitas yang ia representasikan. Satir semacam ini memberikan kita ruang untuk merenung tentang seberapa jauh kita terjebak dalam kehidupan yang penuh di straksi
Kehidupan yang Terlalu Sibuk untuk Krisis
Film ini juga memberi gambaran tentang bagaimana sistem sosial kita bekerja. Dunia media sosial, berita sensasional, dan keinginan untuk selalu berada di puncak sering kali membuat kita melupakan hal-hal yang lebih penting. Dalam Don’t Look Up, karakter-karakter yang terlibat dalam penanganan ancaman asteroid terlalu sibuk dengan urusan pribadi, politik, atau obsesi terhadap status, daripada menyelamatkan umat manusia.
Fenomena ini mengingatkan kita pada kenyataan bahwa kita sering kali lebih peduli dengan isu-isu yang lebih dekat dengan kita. Yang lebih mudah di pahami, dan yang lebih menguntungkan dalam jangka pendek. Krisis iklim, misalnya, meskipun sudah menjadi perbincangan global, masih sering di anggap masalah yang tidak terlalu mendesak bagi banyak orang. Don’t Look Up secara tajam menunjukkan bagaimana ketidakpedulian terhadap krisis global dapat menjadi masalah yang lebih besar daripada krisis itu sendiri.
Kesimpulan
Don’t Look Up adalah film yang cerdas dan tajam, yang membawa kita untuk berpikir lebih dalam tentang cara kita menghadapi kenyataan. Dengan humor gelap dan satir yang sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini. Film ini mengajak penonton untuk merenung tentang ketidakpedulian kita terhadap krisis yang sedang terjadi. Alih-alih memberi kita solusi, film ini lebih memilih untuk membuka mata kita terhadap kenyataan bahwa mungkin kita sudah terlambat untuk bertindak.