retroconference.org – Sinopsis Ghosts of Red Ridge: Film Koboy Western Penuh Aksi. “Ghosts of Red Ridge” adalah film Barat dengan anggaran rendah yang berusaha menggabungkan elemen horor. Sayangnya, film ini gagal dalam kedua genre tersebut, baik sebagai film Western maupun kisah hantu. Meskipun beberapa aspek teknisnya cukup menarik, seperti detail lokasi dan kostum yang kotor dan berdebu, film ini tidak bisa menghindari berbagai kelemahan yang membuatnya tidak bisa diandalkan sebagai hiburan.
Plot yang Berantakan dan Karakter yang Tak Terlalu Kuat
Owen Williams memerankan sheriff bernama Dunlap yang dihantui oleh kekerasan di kota Red Ridge. Setiap hari, ia melihat arwah-arwah gelap yang terus mengganggu pikirannya. Red Ridge adalah sebuah kota kecil di Texas, yang sebenarnya merupakan sebuah lokasi syuting bertema Arizona. Kota ini dulunya merupakan kota pertambangan, namun kegagalan dalam penambangan emas menyebabkan masa depan kota ini suram. Penantian untuk kedatangan jalur kereta api pun tak mampu menghentikan kemarahan penduduknya.
Sheriff Dunlap bersama deputinya, Trent Culkin, berusaha menjaga ketertiban di kota yang penuh ketegangan ini. Di sisi lain, ada pasangan kriminal, Trent (John Marrs) dan Gretchen (Lena Wilcox), yang menjalankan berbagai aksi perampokan dengan tujuan merampok toko umum dan kiriman barang menggunakan kereta pos. Ketegangan ini memuncak dengan berbagai kejadian, mulai dari pengkhianatan hingga skema tanah yang entah bagaimana masih tak jelas.
Plot yang coba dibangun oleh sutradara Stefan Colson dan penulis skenario Brandon Cahela sangat sulit diikuti. Terlepas dari berbagai konflik yang muncul, cerita terasa kabur dan tidak fokus. Karakter-karakter yang ada, meskipun memiliki potensi, tidak memiliki kedalaman yang cukup untuk menarik perhatian penonton. Bahkan, karakter Sheriff Dunlap yang seharusnya menjadi tokoh utama, malah lebih sering terlihat bingung dan tidak konsisten.
Lokasi yang Menambah Keaslian
Salah satu hal yang sedikit memberikan nilai positif pada film ini adalah lokasi syuting yang bisa di bilang cukup meyakinkan. Kota Red Ridge di bangun di Gammons Gulch, sebuah lokasi syuting yang tampaknya menawarkan keaslian sebagai kota Barat. Namun, kesederhanaan lokasi ini justru mengungkapkan kekurangan dari film ini. Jumlah pemain dan figuran yang banyak, tidak sebanding dengan sedikitnya jumlah bangunan yang ada di sana. Ini memberikan kesan bahwa kota ini hanyalah sekadar latar belakang yang tidak berfungsi dengan baik untuk membangun atmosfer film.
Selain itu, meskipun kostum dan detail desain set patut di acungi jempol karena tampak sangat autentik dengan kondisi kota pertambangan abad ke-19, elemen-elemen ini tidak cukup untuk mengangkat cerita yang terasa lemah. Kekurangan dalam penceritaan membuat lokasi yang semestinya menjadi daya tarik justru tidak mampu membuat penonton terhubung dengan cerita.
Dialog yang Mengganggu dan Karakter yang Tidak Realistis
Salah satu masalah utama dalam “Ghosts of Red Ridge” adalah dialog yang sering kali terasa canggung dan tidak realistis. Sheriff Dunlap, misalnya, adalah seorang yang di kenal memiliki minat pada ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang termodinamika dan teori kinetik. Pilihan ini sangat aneh dan tidak sesuai dengan karakter seorang sheriff pada zaman tersebut. Bahkan, salah satu adegan memperlihatkan dia dengan percaya diri menjelaskan konsep hukum kepada seorang asing, yang jelas-jelas tidak sesuai dengan konteks dan latar waktu cerita.
Selain itu, ada beberapa kalimat dalam dialog yang sangat klise dan terdengar di paksakan. Misalnya, ketika seorang wanita saloon bernama Mary (Mercedes Peterson) mengatakan, “You’re a good man. Some things ‘good’ can’t fix.” Ini adalah salah satu kalimat yang bisa di bilang paling mendalam dalam film ini. Sebaliknya, ada juga kalimat yang sangat buruk, seperti “They went THATaway!” yang hanya menambah rasa canggung dalam film ini.
Upaya Menyentuh Horor yang Gagal
Film ini berusaha menggabungkan elemen horor dengan cerita Barat, tetapi sayangnya gagal menciptakan suasana mencekam yang di harapkan. Setiap kali ada kematian atau peristiwa tragis, Sheriff Dunlap akan melihat wajah-wajah hantu yang semakin menghantuinya. Namun, upaya untuk menggambarkan hantu-hantu ini justru terasa lemah. Tidak ada atmosfer yang cukup untuk membuat penonton merasa terancam atau terlibat dengan ketegangan tersebut. Sebagai film horor, “Ghosts of Red Ridge” jelas jauh dari kata berhasil.
Kesimpulan
“Ghosts of Red Ridge” adalah contoh nyata dari ambisi yang gagal. Dengan plot yang terlalu rumit dan karakter yang kurang berkembang, film ini tidak bisa memberikan pengalaman yang memuaskan bagi penggemar Western maupun horor. Meskipun ada beberapa elemen yang dapat di hargai, seperti lokasi dan desain set yang cukup autentik, film ini tidak mampu menyatukan dua genre yang berbeda dengan baik. Hasilnya, penonton hanya bisa merasakan kebingungan dan kekecewaan, alih-alih ketegangan atau kesenangan yang di harapkan.