Sinopsis Greedy People: Drama Komedi Gelap Polisi Korup

Sinopsis Greedy People

retroconference.orgSinopsis Greedy People: Drama Komedi Gelap Polisi Korup. Greedy People adalah film drama komedi gelap terbaru dari sutradara Potsy Ponciroli, yang sebelumnya berhasil menciptakan ketegangan di film Old Henry. Kali ini, Ponciroli mengajak penonton untuk mengunjungi Providence, sebuah kota tenang di Carolina Selatan, di mana sebuah tas berisi uang tunai yang tidak diklaim mengundang kekacauan dan membuka sisi gelap para warga. Dengan karakter-karakter yang eksentrik, cerita yang penuh ketegangan, dan humor gelap, Greedy People memiliki daya tarik yang cukup unik meskipun kurang inovatif dalam beberapa aspek.

Plot dengan Sentuhan Komedi Gelap

Greedy People (2024)

Cerita Greedy People di mulai dengan Will (di perankan oleh Himesh Patel), seorang polisi pemula yang baru saja memulai hari pertamanya di departemen kepolisian Providence. Ia di pasangkan dengan Terry (Joseph Gordon-Levitt), seorang polisi lokal dengan sifat nakal dan kebiasaan buruk, lengkap dengan kumisnya yang mencolok. Terry adalah sosok yang menyebalkan, tetapi juga memiliki sisi yang mengejutkan seperti mencoba belajar bahasa Mandarin di waktu senggangnya. Pada hari pertama mereka, Will terjebak dalam situasi yang sulit ketika Terry tanpa sengaja menyebabkan kematian istri seorang pengusaha seafood lokal, Wallace (Tim Blake Nelson).

Situasi yang tampak sederhana ini berkembang menjadi lebih kacau ketika mereka menemukan tas berisi uang tunai di rumah Wallace. Dengan niat mengambil uang tersebut dan menyembunyikan jejak, mereka berdua malah terlibat dalam situasi yang semakin rumit. Cerita kemudian berkembang dengan kehadiran karakter-karakter lain yang tak kalah menarik, seperti Virginia (Traci Lords), seorang istri yang memiliki kehidupan rumit, hingga Simon Rex yang berperan sebagai tukang pijat yang berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.

Ponciroli mencoba menciptakan suasana yang mirip dengan film-film Coen bersaudara, yang mana pengaruh tersebut sangat jelas terasa. Kehadiran Uzo Aduba sebagai kepala polisi yang tegas mengingatkan kita pada karakter-karakter serupa di film Fargo. Namun, Greedy People belum mampu membawa kekuatan penuh dan ketegangan yang di tawarkan dalam Old Henry. Film ini terkesan terlalu meminjam gaya Coen bersaudara alih-alih menemukan ciri khasnya sendiri. Bahkan, sebagian besar karakter dalam cerita tampak tidak terhubung dengan kenyataan. Dengan beberapa aksi yang lebih mirip parodi daripada refleksi kehidupan nyata.

Karakter-Karakter yang Memikat, Namun Kurang Mendalam

Karakter-karakter dalam Greedy People cukup eksentrik dan memberikan hiburan tersendiri, namun tidak semua mendapatkan pengembangan yang layak. Terry, yang diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt, mencoba tampil sebagai polisi yang buruk dan rusak, namun sayangnya peran ini kurang meyakinkan. Melihat Gordon-Levitt, yang sering memerankan karakter-karakter baik, berusaha menjadi sosok jahat terasa kurang alami. Bahkan, seharusnya film ini bisa lebih kuat jika ia berhasil memproyeksikan sisi yang lebih mengancam.

Baca Juga:  Okja: Mengungkap Kekuatan Cinta di Tengah Krisis Industri

Traci Lords dan Simon Rex, dua aktor yang memiliki bakat unik, sayangnya tidak mendapatkan kesempatan untuk berada dalam satu adegan yang bisa meningkatkan intensitas film. Potensi yang ada dari segi casting seakan terbuang begitu saja. Meski begitu, kehadiran Jim Gaffigan sebagai The Irishman dan José María Yazpik sebagai The Colombian menambahkan unsur absurditas yang menarik pada cerita. Mengingat Providence adalah kota kecil dan tidak mungkin membutuhkan dua pembunuh bayaran.

Setting Kota Tenang yang Bisa Lebih Dieksplorasi

Providence, kota kecil di Carolina Selatan, menjadi latar yang menarik dan tidak biasa. Potensi kota yang tenang namun menyimpan banyak rahasia ini sebenarnya bisa di gali lebih dalam, sehingga dapat memberikan warna yang lebih khas untuk film ini. Setting ini mengingatkan kita pada film-film lain yang menggunakan kota-kota kecil sebagai latar belakang kejadian besar, seperti The Notebook. Sayangnya, Greedy People tidak memberikan cukup ruang untuk mengeksplorasi kekhasan kota ini. Melainkan fokus pada alur cerita yang seolah-olah bisa terjadi di mana saja.

Penceritaan yang berliku dan karakter-karakter yang saling terkait satu sama lain cukup mengingatkan kita pada film-film thriller kriminal era 90-an dengan banyak liku-liku dan kejutan. Alur yang tidak linear dan flashback yang muncul di berbagai titik memberikan dimensi tambahan pada cerita. Namun terkadang membuat penonton bingung mengikuti plot yang sebenarnya sederhana.

Kesimpulan: Hiburan yang Menyenangkan dengan Banyak Kekurangan

Greedy People adalah film yang mencoba memadukan komedi gelap dengan elemen kriminal klasik. Potsy Ponciroli berhasil menciptakan suasana yang menghibur, tetapi tetap terasa kurang dalam beberapa aspek. Terutama, fokus yang tidak merata pada karakter-karakter dan eksplorasi yang kurang mendalam pada latar kota Providence membuat film ini kehilangan kesempatan untuk benar-benar menciptakan sesuatu yang baru dan segar.

Meskipun begitu, Greedy People masih tetap menawarkan hiburan tersendiri bagi para penonton yang suka dengan film beralur rumit dan penuh dengan karakter-karakter eksentrik. Dengan banyak adegan tak terduga, twist yang cukup seru, dan konflik moral tentang uang dan keserakahan. Film ini bisa memberikan pengalaman menonton yang menghibur, meskipun pada akhirnya. Kita tidak akan mendapat lebih dari sekadar pesan moral klise: “Ada lebih dari sekadar uang dalam hidup ini.”