Sinopsis Megalopolis (2024): Kisah Ambisi, Utopia, dan Kritik Sosial

Megalopolis

retroconference.orgSinopsis Megalopolis (2024): Kisah Ambisi, Utopia, dan Kritik Sosial. Film Megalopolis (2024) karya Francis Ford Coppola mengajak penonton ke dalam dunia yang penuh ambisi, konflik, dan kritik sosial yang mendalam. Di tengah hiruk-pikuk New Rome, kota yang mewakili versi futuristik New York City, kita mengikuti kisah Cesar Catilina (diperankan oleh Adam Driver), seorang arsitek visioner yang ingin menciptakan utopia. Namun, ambisi besar Cesar harus berbenturan dengan kekuatan korup yang menguasai kota serta konflik batinnya sendiri. Dengan jalan cerita yang kompleks, karakter yang penuh warna, dan dialog filosofis, Coppola membawa kita pada sebuah pengalaman sinematik yang tidak seperti kebanyakan film.

Megalopolis bukanlah film dengan narasi linear atau sederhana. Melalui berbagai alur cerita dan adegan yang terkadang melibatkan karakter yang membacakan kutipan dari Shakespeare hingga Marcus Aurelius, Coppola menyampaikan pesannya tentang kerusakan moral dan sosial masyarakat modern. Tentu saja, film ini juga menyoroti dampak destruktif dari kapitalisme dan pengaruh negatif elit kaya yang hanya peduli pada kekuasaan.

Cesar Catilina dan Mimpi Utopia di Kota New Rome

Megalopolis

Cesar Catilina adalah karakter utama yang ambisius namun idealis. Sebagai pemimpin Design Authority, sebuah badan yang mengurusi perencanaan kota, Cesar ingin membangun sebuah utopia di salah satu wilayah New Rome. Di tengah kemelut kota yang semakin dipenuhi oleh ketidakpuasan publik dan korupsi, Cesar memiliki impian besar untuk menciptakan lingkungan yang menyejahterakan semua orang, dengan taman publik, jalur pejalan otomatis, dan gedung-gedung yang tampak hidup. Dia ingin mewujudkan visinya dengan bahan ajaib bernama Megalon, yang simbolis karena terbuat dari cintanya pada istrinya yang telah tiada, Sunny Hope.

Sayangnya, jalan menuju utopia tidak mudah bagi Cesar. Pemerintah kota yang di pimpin oleh Walikota Frank Cicero (Giancarlo Esposito) menentang visinya karena terbelit utang dan enggan melakukan perubahan. Lebih parah lagi, Cesar juga harus berhadapan dengan pamannya yang licik, Hamilton Crassus (Jon Voight), yang mengendalikan perbankan kota dan hanya fokus pada keuntungan pribadi.

Konflik Kekuasaan dan Kritik Terhadap Para Elit

Di samping ambisi besar Cesar, Coppola juga menampilkan konflik antara para elit kaya yang terjebak dalam gaya hidup hedonistik. Crassus memiliki anak-anak yang bermasalah, Clodio (Shia LaBeouf) dan Clodia (Chloe Fineman), yang kerap menimbulkan masalah. Clodio bahkan mencoba menjatuhkan Cesar dengan segala cara, termasuk membuat skandal palsu dengan teknologi deep-fake, yang pada akhirnya malah mencerminkan sifat destruktif dan manipulatifnya.

Konflik di antara Cesar dan Clodio menggambarkan perbedaan tajam antara dua tipe nepo baby (anak elit) di era modern. Cesar, meskipun kaya dan terkenal, berusaha menciptakan perubahan positif, sementara Clodio hanya sibuk berpesta dan merusak usaha sepupunya. Kritik Coppola terhadap para elit kaya terasa sangat relevan, terutama dalam menggambarkan betapa dangkal dan kosongnya hidup mereka yang hanya mengejar kekuasaan tanpa visi untuk masyarakat.

Romansa di Tengah Kekacauan dan Simbolisme “Time, STOP!”

Dalam Megalopolis, Cesar bertemu dengan Julia (Nathalie Emmanuel), putri Walikota Cicero, yang akhirnya jatuh cinta padanya. Julia tertarik pada kemampuan misterius Cesar untuk menghentikan waktu dengan mengatakan “Time, STOP!” Meski kemampuan ini tidak di jelaskan secara rinci, Coppola seakan ingin menekankan bahwa seni yang baik memiliki kekuatan untuk “menghentikan waktu.” Di sinilah sisi filosofis film ini muncul, di mana kemampuan Cesar menjadi metafora untuk kenangan indah yang abadi.

Baca Juga:  Black Panther: Transformasi Marvel dan Isu Sosial

Romansa antara Cesar dan Julia pun menambah lapisan emosional dalam cerita. Namun, hubungan mereka juga menjadi tantangan besar, terutama ketika ayah Julia menentang dan mencoba memisahkan mereka. Di tengah segala kompleksitas dan ketidakpastian, Julia akhirnya mengandung anak Cesar, yang di anggap sebagai simbol harapan dan kelahiran kembali bagi kota yang kacau ini.

Kritik Terhadap Masyarakat Modern: Teknologi, Kapitalisme, dan Budaya Pop

Sepanjang film, Coppola juga menyelipkan kritik tajam terhadap teknologi yang di salahgunakan, pengaruh perusahaan besar, dan budaya pop yang dangkal. Misalnya, di pernikahan Crassus dengan Wow Platinum (Aubrey Plaza). Sebuah pesta mewah berubah menjadi skandal ketika muncul video seks palsu yang menunjukkan Cesar dengan Vesta Sweetwater. Seorang selebriti yang citranya di bangun berdasarkan keperawanan. Melalui adegan ini, Coppola mencerminkan kekacauan moral dan obsesi masyarakat dengan skandal serta kepalsuan.

Selain itu, film ini juga membahas isu perubahan iklim melalui adegan di mana satelit jatuh dari langit dan menghancurkan sebagian besar New Rome. Coppola mengilustrasikan bahwa meskipun masyarakat terus berjuang dengan masalah besar seperti kerusakan lingkungan dan ketidakadilan sosial. Para elit lebih fokus pada ambisi pribadi daripada memperbaiki dunia.

Megalopolis dan Masa Depan yang Tidak Pasti

Pada akhirnya, Megalopolis berakhir dengan cara yang ambigu. Cesar berhasil menciptakan Megalopolis, sebuah utopia yang entah bagaimana sudah terwujud di akhir film. Dan dengan mudahnya mengubah suasana hati warga kota yang sebelumnya di penuhi kemarahan menjadi tenang dan damai. Namun, Coppola tidak memberikan penjelasan bagaimana transformasi besar ini terjadi. Sebaliknya, film ini meninggalkan penonton dengan kesan bahwa keberhasilan Cesar adalah simbol dari harapan dan imajinasi. Tanpa harus memahami seluruh detail prosesnya.

Kesimpulan: Megalopolis sebagai Kritik Sosial dalam Bingkai Sinematik

Dengan Megalopolis, Francis Ford Coppola menawarkan pandangan yang unik dan berani tentang utopia, kekuasaan, dan keserakahan. Melalui karakter Cesar Catilina dan kota New Rome. Coppola mengeksplorasi gagasan tentang masa depan yang lebih baik di tengah dunia yang penuh tantangan moral dan sosial. Film ini bukan hanya sekadar cerita fiksi ilmiah, tetapi juga kritik terhadap kebobrokan masyarakat modern yang berfokus pada keuntungan pribadi tanpa peduli terhadap kesejahteraan bersama.

Dalam berbagai adegan yang penuh simbolisme dan dialog filosofis, Coppola mengingatkan kita bahwa perubahan sejati harus di mulai dari visi yang tulus dan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meski kadang terasa rumit dan penuh dengan alur sampingan, Megalopolis adalah cerminan karya sinematik yang ambisius. Menunjukkan bahwa Coppola tetap menjadi salah satu sutradara besar yang tidak takut untuk melampaui batas-batas konvensional.