Sinopsis Sweethearts (2024): Komedi Menghadirkan Cinta Kampus

Sinopsis Sweethearts

retroconference.orgSinopsis Sweethearts (2024): Komedi Menghadirkan Cinta Kampus. Film Sweethearts (2024) karya Jordan Weiss menawarkan perspektif segar tentang dilema yang dihadapi banyak mahasiswa baru: apakah mereka harus bertahan dalam hubungan jarak jauh atau berusaha memulai sesuatu yang baru di kampus? Film ini menggabungkan elemen komedi romantis dengan dinamika persahabatan yang penuh tantangan. Meskipun tidak sepenuhnya mulus, Sweethearts tetap mampu menyuguhkan beberapa momen yang mengesankan.

Sinopsis: Konflik Cinta dan Persahabatan di Kampus

Sinopsis Sweethearts

Cerita film ini berfokus pada dua sahabat, Ben (Nico Hiraga) dan Jamie (Kiernan Shipka), yang menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan masing-masing. Ben berpacaran dengan Claire (Ava DeMary), yang masih bersekolah di SMA, sementara Jamie menjalin hubungan dengan Simon (Charlie Hall), pemain sepak bola yang sedang berkuliah di Harvard.

Kedua hubungan ini mulai memberikan banyak tekanan bagi Ben dan Jamie. Simon, yang sibuk dengan latihan sepak bola, membuat Jamie harus berbohong soal situasi intim di tengah malam. Sementara itu, Claire yang terus-menerus menghubungi Ben, menyebabkan Ben kesulitan mengikuti perkuliahan. Suatu hari, Ben bahkan harus menghadapi situasi genting ketika Claire meminta pengecekan kondisi setelah Ben tidak menjawab teleponnya.

Ben dan Jamie memutuskan untuk beraksi. Mereka berencana untuk mengakhiri hubungan mereka tepat sebelum makan malam Hari Thanksgiving. Namun, seperti dalam kisah komedi romantis pada umumnya, segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Dinamika Karakter yang Cukup Menarik

Salah satu aspek menarik dalam Sweethearts adalah hubungan antara Ben dan Jamie. Keduanya memiliki karakter yang saling bertolak belakang, namun tetap bisa bertahan sebagai sahabat. Ben digambarkan sebagai sosok yang santai dan cenderung pasif, bahkan dalam hubungan dengan pacarnya yang sangat menuntut. Meskipun demikian, Nico Hiraga berhasil memerankan Ben dengan cara yang menggemaskan, seolah dia hanya ingin berusaha sebaik mungkin meski berada di bawah tekanan.

Sebaliknya, Jamie, yang diperankan oleh Kiernan Shipka, terasa kurang natural. Karakter Jamie yang keras kepala dan jenuh dengan kehidupan kampus membuat Shipka tampak sedikit tidak nyaman di dalam perannya. Keterpaduan antara Shipka dan Hiraga terasa kurang seimbang, yang membuat dinamika persahabatan mereka kadang terasa tidak menyenangkan untuk ditonton.

Namun, karakter Palmer (Caleb Hearon), sahabat mereka yang lain, menawarkan dimensi baru dalam cerita ini. Palmer, seorang mahasiswa gay yang kembali ke kampus setelah mengambil tahun jeda di Euro Disney, justru menjadi karakter yang memberikan kedalaman emosional lebih pada film ini. Perjalanan Palmer untuk menemukan komunitas LGBTQ+ di kampus dan memahami pentingnya membangun komunitas di luar kota besar membawa warna baru yang menyentuh.

Konflik yang Terasa Kacau namun Menghibur

Skenario yang di tulis oleh Jordan Weiss dan Dan Brier mengarahkan film ini menuju berbagai situasi yang lebih cenderung komikal daripada serius. Misalnya, ketika Jamie terjebak dalam situasi canggung di sebuah pesta rumah, mencoba mengirim selfie seksi kepada Simon, adegan ini bertransformasi menjadi momen komedi khas film-film Judd Apatow yang mungkin terasa agak terlalu berlebihan.

Baca Juga:  The Hunger Games: Kisah Revolusi Perjuangan Melawan Tirani

Namun, beberapa adegan lainnya berhasil menunjukkan sisi lucu namun tetap emosional, seperti momen di mana Jamie mengalami pelepasan dengan mantan sahabat yang kini menjadi pembuli. Adegan ini memberikan kepuasan tersendiri tanpa terasa terlalu berlarut-larut. Meski begitu, konflik utama yang melibatkan Ben dan Jamie terasa agak terlalu klise, dengan pasangan mereka yang di gambarkan sebagai karakter stereotip yang mudah di jadikan “musuh” dalam cerita ini.

Tema dan Pesan yang Tersirat

Walaupun film ini lebih sering terjebak dalam situasi yang konyol, Sweethearts tetap menghadirkan momen-momen yang cukup menyentuh. Salah satunya adalah kisah Palmer yang berkembang. Palmer yang semula hanya berperan sebagai teman gay yang mendukung. Perlahan mulai menemukan tempat dan identitasnya sendiri, terutama ketika berinteraksi dengan komunitas lokal.

Kisah Palmer dengan pelatih sepak bola dan pasangan pemadam kebakaran menunjukkan sisi manusiawi yang tidak hanya mengarah pada romansa. Tapi juga pada pemahaman diri dan penerimaan diri dalam lingkungan yang baru. Adegan ini adalah salah satu yang paling mengharukan dalam film dan memberikan kedalaman pada cerita yang awalnya hanya berfokus pada hubungan romantis.

Penutupan yang Mengejutkan dan Penuh Harapan

Salah satu kekuatan Sweethearts terletak pada akhir cerita yang mengejutkan namun tetap memberikan nuansa positif. Film ini tidak memilih jalan yang mudah atau klise dalam menyelesaikan konflik antara Ben dan Jamie. Sebaliknya, ia memberikan twist yang cukup segar dan menunjukkan bahwa perjalanan cinta di usia muda bukanlah tentang mencari pasangan sempurna, melainkan tentang bagaimana kita berkembang dan belajar dari pengalaman.

Dengan begitu, meskipun Sweethearts tidak akan menjadi film komedi romantis legendaris yang dikenang sepanjang masa, ia tetap mampu memberikan hiburan dan menyentuh hati. Film ini mengingatkan kita bahwa perjalanan cinta dan persahabatan di masa muda penuh dengan kekacauan, namun tetap membawa harapan akan pertumbuhan dan perubahan.

Kesimpulan

Sweethearts adalah film komedi romantis yang cukup menghibur meski tidak sepenuhnya berhasil dalam segala hal. Dinamika persahabatan dan kisah cinta yang kacau memberikan kesegaran dalam genre ini, sementara karakter Palmer menambah dimensi emosional yang mengharukan. Meskipun beberapa bagian terasa berlebihan atau tidak seimbang, film ini tetap menyuguhkan momen-momen yang menyentuh dan menarik untuk diikuti. Jika Anda penggemar romansa komedi dengan sentuhan modern, Sweethearts patut untuk di tonton.